Langsung ke konten utama

KENAPA SIH?


Bingung nggak sih kalau ada yang nanya soal masa depan? Gue pribadi sih bingung. Bingung bukan karena gue nggak punya rencana. Tapi ya bingung aja; kasih tau nggak ya? Secara, rencana gue tuh nggak perlu diketahui oleh orang banyak. Ya karena buat apa? Peduli aja nggak. Jujur, gue agak sensi kalau udah ngebahas soal masa depan dengan banyak orang. Karena ketika ngobrolin hal itu, mereka seolah mengelompokkan orang - orang yang mereka prediksi bakalan jadi orang sukses dari segi duniawi.

Gue sebel ketika ada orang yang bertanya terntang jurusan apa yang mau gue ambil di perguruan tinggi dan disambet dengan pertanyaan kedua; jurusan kayak gitu mau jadi apa?/ Emang gampang buat dapet kerja?/ Nanti kalau lulusan jurusan itu bakalan digaji berapa? Gede nggak?

Coy, lo tuh kepo? Atau begimana sih? Ya kalau urusan gaji berapa, itu mah begimana perusahaan dan kinerja. Jurusan A atau B mana ngaruh, di mana - mana juga kalau lagi meniti karir ya dari 0. Mana ada yang begitu ngelamar langsung dijadiin bos besar. Soal gampang atau nggaknya keterima kerja, itu juga nggak ada jaminan. Mau lo kuliah di PTN bergengsi sekalipun, kalau emang jalan lo untuk tidak berada tempat yang sesuai ekspektasi, lo bisa apa?

Sebenarnya, gue lagi berada di fase galau buat nentuin nasib gue yang masih putih abu, nggak jelas mau dibawa ke mana. Apakah ke kiri atau ke kanan, gue masih nggak tau. Rasanya semua hal yang udah gue rencanain tuh hilang gitu aja. Nggak ada satu pun rencana yang berhasil bikin gue ngerasa yakin untuk bertanggung jawab. Gue adalah orang yang terobsesi untuk mengejar karir di bidang pendidikan, entah itu jadi guru di SD atau menjadi seorang profesor di bidang yang gue sukai. Rencana awal gue adalah masuk Hubungan Internasional di kampus yang lokasinya nggak jauh dari rumah. Tapi entah kenapa keinginan gue untuk tancap gas ke jurusan itu tiba - tiba hilang. Ragu luar biasa buat milih jurusan itu. Gue yang biasanya nggak pernah mikir panjang buat milih sekolah, gue yang dulunya selalu yakin bahwa suka atau nggak gue pasti bisa, sekarang malah jadi orang yang  duh bisa nggak ya? Kalau nggak bisa gimana?

Karena gue nggak paham tentang dari mana datangnya semua keraguan yang secara impromtu dateng, akhirnya gue memutuskan untuk berdiskusi dengan orang - orang. Gue buang dulu pikiran 'nggak penting orang lain tau rencana gue' karena gue emang nggak bakalan ngomongin semua rencana buat ke depan. Seadanya aja. Dengan harapan mendapatkan banyak masukan positif, gue mencoba untuk membuka obrolan tersebut dengan beberapa teman. Termasuk orang tua.  Tapi, emang dasar ekspektasi, kadang suka nggak sesuai dengan kenyataan. Gue yang awalnya ngerasa yakin untuk membuka diskusi dengan orang tua, ternyata malah makin bingung karena harus mengikuti saran mereka yang menurut gue terlalu idealis. Dari awal gue ngobrolin jurusan, mereka benar - benar menekankan gue untuk mencari jurusan yang bisa membuat gue gampang keterima kerja, punya duit, dan bisa jadi seorang wanita independen yang sukses. Nggak salah sih. Hanya gue ngerasa agak kurang setuju. Kenapa fokus pertama mereka itu hanya sebatas materi yang berlimpah? Tidak dari seberapa bermanfaatnya ilmu yang nanti bakalan gue dapatkan untuk orang banyak. Kalau ditanya gue mau jadi orang tajir atau nggak, jelas gue mau. Tapi itu bukanlah goals gue. Hidup ini sudah banyak menyadarkan gue bahwa jadi orang yang banyak duit, belum tentu bahagia. Dan gue rasa, hidup gue terlalu berharga kalau cuma dipakai untuk dapetin duit sebanyak - banyaknya. Toh, nggak bakalan gue bawa mati.

Dengan segala kegalauan yang sudah menghantui gue selama beberapa minggu ke belakang ini, gue akhirnya sadar bahwa gue nggak perlu selalu mengikuti apa yang orang lain bilang. Walaupun orang tua gue berharap banyak dengan hasil SNMPTN gue, tapi gue percaya kok, keterima atau nggaknya gue di Universitas itu adalah pilihan terbaik-Nya. Gue juga nggak bisa maksain Tuhan untuk selalu mengikuti apa yang gue mau. Di mana ketika gue ingin belok ke kirim terus Tuhan ngebiarin gue. Tuhan nggak se-acuh itu dengan hidup gue. Dia Maha Penyayang kok. Soal rezeki yang orang tua gue harapin, jujur deh, siapa sih yang nggak mau punya rezeki berlimpah dan berkah? Semua orang juga pasti mau. Tapi hal itu nggak lantas membuat gue harus menjadi orang yang terobsesi sama duit kan? Nggak lantas membuat gue terus - terusan minta ke Tuhan untuk dikasih duit banyak juga. Karena takaran rezeki tuh udah ada yang ngatur.

Tentang jurusan yang gue ambil, gue percaya bahwa menuntut ilmu itu nggak ada yang sia - sia. Mau itu ilmu yang banyak diminati atau sepi peminat, semua ilmu itu berharga. Sekarang pikiran gue bukan soal; nanti pas lulus gue bisa kerja apa? Melainkan; nanti ilmu gue bermanfaat untuk orang banyak nggak ya? Gue ngerti dengan maksud orang tua yang mencoba realistis. Melihat nilai gue yang jauh dari kata bagus. Otak gue yang jauh dari kata pintar apalagi cerdas. Mereka cuma nggak ingin anaknya berjalan tanpa tujuan. Nggak ingin anaknya jadi orang susah. Nggak ingin anaknya kalah dengan persaingan segila ini di zaman sekarang. Mereka cuma ingin gue hidup memiliki tujuan yang jelas, nggak ngelantur ke mana - mana.

Pursuing what you wanna get. Trying what you wanna do. And being free if you want, you have any choice. The world is too wide for just being something, because you can be anything.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa harus seberisik ini?

Hai! Ya ampun, gue harus tiup debu dulu deh di sini💨 Udah berapa lama gue membiarkan blog ini terbengkalai dan nyaris angker saking seringnya gue tinggalin? Tapi ya udah lah ya, yang penting sekarang gue nulis lagi di sini walaupun isi tulisannya nggak jauh dari curhat.  Btw, curhatan gue sekarang mengingatkan gue pada lagu 00.00 O'clock-nya BTS. Dari awal dengerin pas masa-masa persiapan UTBK, lagu itu masih relate banget sama gue sampai sekarang.  Oke skip! Akhir-akhir ini, gue ngerasa senang banget dengan dunia perkuliahan yang gue jalani. Setelah mulai offline  sejak tanggal 5 lalu, gue jadi ngerasa hari-hari gue tuh produktif banget. Dengan jadwal kuliah dari hari senin sampai sabtu (jum'at kosong), gue jadi bisa memaksimalkan waktu yang gue punya untuk mengerjakan ini dan itu. Ditambah lagi gue punya tanggung jawab lain di organisasi luar yang walaupun nggak sibuk-sibuk amat, tapi setidaknya gue jadi bisa memakai waktu selama enam hari penuh di setiap minggunya unt...

PKL

Jika gue bisa memilih untuk hidup jadi orang kaya atau sederhana, gue pasti akan milih untuk terlahir di keluarga kaya raya. Karena dengan begitu, uang di rekening gue bisa terisi setiap bulan berkat ditransferin ortu. Dan yang pasti, gue nggak perlu merasa khawatir bakalan kena masa galau gara-gara dompet kosong berisi struk pembayaran. Gue juga bisa minta apa aja ke orangtua supaya mereka mau nurutin apapun yang gue mau, termasuk buat belajar ke luar negeri.  Kalau gue dikasih hidup sebagai orang yang bergelimang harta, nggak lain dan nggak bukan, udah pasti uang itu gue pakai untuk sekolah. Entah itu belajar bahasa di masing-masing negara yang bahasanya ingin gue pelajari, mengikuti berbagai kegiatan pertukaran pemuda ke negara lainnya, atau sekadar jalan-jalan buat menuhin paspor dengan Visa Schengen. Ya intinya, gue mau supaya kelebihan materi itu bisa gue manfaatkan untuk meningkatkan kualitas diri gue sebagai perempuan. Setelah gue selesai membekali diri dengan kualitas dan ...

Dear, Me

San, tulisan ini sengaja dibuat sebagai pengingat untuk diri kamu. Diri kamu yang selalu dikurung oleh rasa takut. Meski begitu, aku tetap salut karena diri kamu selalu yakin sama pilihan kamu, segila apapun itu. Diri kamu nggak pernah mau nyerah sama keadaan. Dan yang lebih penting, diri kamu selalu percaya dengan maksud baik Tuhan dari segala hal pahit yang terjadi.  Sekarang, mungkin kamu masih belum menemukan titik terang tentang ke mana kamu akan membawa diri dan masa depan. Kamu masih nggak tau, harus milih jalan A atau B. Kamu masih bingung untuk lanjut di jalan yang sekarang lagi kamu jalanin atau pindah ke jalan baru yang lagi kamu usahakan. Semua itu emang nggak mudah, tapi aku tau kamu udah berusaha. Urusan hasilnya ... biar Tuhan aja yang tentuin. Dia lebih tau mana yang terbaik buat kamu.  San, aku tau kalau ketakutan terbesar kamu adalah tidak menjadi apa-apa di masa depan. Bahkan mungkin ketakutan itu semakin menjadi-jadi sekarang, ketika apa yang kamu jalani ng...