San, tulisan ini sengaja dibuat sebagai pengingat untuk diri kamu. Diri kamu yang selalu dikurung oleh rasa takut. Meski begitu, aku tetap salut karena diri kamu selalu yakin sama pilihan kamu, segila apapun itu. Diri kamu nggak pernah mau nyerah sama keadaan. Dan yang lebih penting, diri kamu selalu percaya dengan maksud baik Tuhan dari segala hal pahit yang terjadi.
Sekarang, mungkin kamu masih belum menemukan titik terang tentang ke mana kamu akan membawa diri dan masa depan. Kamu masih nggak tau, harus milih jalan A atau B. Kamu masih bingung untuk lanjut di jalan yang sekarang lagi kamu jalanin atau pindah ke jalan baru yang lagi kamu usahakan. Semua itu emang nggak mudah, tapi aku tau kamu udah berusaha. Urusan hasilnya ... biar Tuhan aja yang tentuin. Dia lebih tau mana yang terbaik buat kamu.
San, aku tau kalau ketakutan terbesar kamu adalah tidak menjadi apa-apa di masa depan. Bahkan mungkin ketakutan itu semakin menjadi-jadi sekarang, ketika apa yang kamu jalani nggak cukup untuk bikin kamu yakin bahwa jalan ini akan membawa kamu menjadi 'seseorang' di masa depan. Kamu masih belum bisa bangga dengan apa yang sekarang kamu punya dan kamu bisa. Kamu masih belum bisa ngerasa cukup bahkan puas dengan jalan yang kamu punya. Kamu masih suka minder ketika ketemu orang lain. Kamu masih suka comparing your special self ketika ditanya kuliah di mana dan ngambil jurusan apa. Kamu masih ngerasa takut dengan kemungkinan terealisasinya dugaan orang perihal masa depan kamu terkait apa yang lagi kamu jalanin.
"Udah nih? Ini doang?"
"Emang apa yang bisa kamu andalkan dari diri kamu itu? Kamu bakal jadi apa?"
"Emang mampu bersaing?"
Pertanyaan-pertanyaan yang selalu kamu cap bodoh itu emang nggak pernah berhenti untuk terus dipertanyakan ke diri kamu, San. Karena selama kamu masih ada di jalan ini, selama kamu masih dalam perjalanan menuju satu titik tujuan, pertanyaan-pertanyaan 'nggak berbobot' itu bakalan terus kamu terima. Hingga akhirnya kamu sampai dan melihat ke belakang, menyadari betapa banyak langkah yang udah kamu lalui, berapa masalah yang kamu hadapi dan selesaikan, dan berapa banyak pelajaran berharga yang bisa kamu ambil selama berada di perjalanan panjang itu.
Then you'll say, "I did it. Thank, God."
San, you're the best one. Kalau aku punya pilihan untuk dilahirkan kembali, aku akan tetap menjadi kamu yang sekarang. Berjalan bersama raga kamu yang terus ingin bertumbuh. Mendukung ambisi kamu yang selalu ingin membuktikan bahwa diri kamu sanggup. Mendampingi jiwa kamu yang selalu mampu menyemangati diri sendiri tanpa dampingan langkah belahan jiwa yang belum kelihatan hilalnya. Kamu udah berjalan sejauh ini, dengan segala tekad dan keyakinan, dengan semua doa yang pernah dan akan selalu kamu langitkan, dengan segala harapan tulus dari kedua malaikat di hidup kamu. You passed it all. Not by your own self, but with all of those things called miracles. The proof that God is loving you soooo much.
San, aku tau kalau jauh di dalam lubuk hati, kamu selalu minta ke Tuhan untuk dihadirkan seseorang. Seseorang yang istimewa dan bisa kamu jadikan rumah. Orang istimewa yang akan menjadi penguat langkah kamu. Seseorang yang akan menyediakan pundaknya untuk kamu bersandar, seseorang yang akan meluangkan waktunya untuk mendengar cerita-cerita kamu, seseorang yang akan selalu menghargai setiap hal yang kamu lakukan, dan seseorang yang selalu berhasil meyakinkan kamu bahwa semuanya akan baik-baik aja. Aku tau, kamu sangat butuh orang itu. Kamu sangat sangat sangat butuh kehadiran istimewa dari orang itu. Tapi mungkin ... Tuhan belum mau kasih kamu ke orang lain. Tuhan belum mau mendatangkan orang tersebut ke hidup kamu. Tuhan masih betah liat kamu memacu langkah lebih jauh dengan apa yang kamu punya sekarang. Tuhan masih senang dengan hal-hal baik yang selalu kamu usahakan untuk lakukan di sela-sela kesibukan.
Tenang, Tuhan bukan bermaksud untuk menyendirikan kamu selamanya. Dia cuma lagi siapin orang yang tepat itu dengan baik. Karena orang itu lagi siapin dirinya juga. Orang itu lagi memantaskan diri untuk mendapatkan kamu. Orang seperti kamu sedang diperjuangkan oleh orang lain yang entah siapa di luar sana. Mungkin aja ... dia lagi sibuk belajar? Mungkin dia lagi sibuk meraih satu persatu impian pribadinya sebelum kemudian bisa mengajak kamu merancang impian baru yang siap untuk kalian raih bersama? Barangkali ... dia lagi nunggu takdir Tuhan mempertemukan kalian? Bisa jadi.
San ... kamu itu adalah orang yang sangat layak untuk bahagia dan dibahagiakan. You're worthy. Orang yang Tuhan takdirkan dengan kamu itu bukan orang yang mengukur seberapa besar cintanya dari penampilan kamu. Bukan juga dari apa yang kamu punya dan yang kanu bisa. Tapi orang itu akan mencintai kamu sepenuhnya karena kamu adalah Annisa Sausan Shalvana. Dia akan memandang segala keistimewaan kamu sebagai diri kamu yang utuh. Bukan lagi berdasarkan indikator lain yang bisa orang lain miliki. Karena diri kamu itu cuma satu-satunya di dunia dan nggak ada yang bisa nyamain kamu.
San, aku mau berterima kasih atas segala hal yang kamu lakukan untuk masa depan kamu. Aku mau berterima kasih atas langkah-langkah yang selalu kamu pacu untuk tetap maju. Aku mau berterima kasih atas kelapangan hati kamu dalam hal menerima segala ketentuan-Nya yang nggak jarang bikin kamu kecewa. Aku mau berterima kasih karena kamu nggak pernah berhenti berdoa. Aku mau berterima kasih karena kamu selalu berusaha memantaskan diri untuk mendapatkan seseorang yang pantas. Terima kasih karena kamu selalu menaruh impian kamu di posisi teratas dari tumpukan prasangka sok tau orang-orang.
San, you're worthy to have. And someday, akan datang hari di mana kamu akan menemukan seseorang yang bangga memiliki kamu. Kamu akan memiliki kisah yang layak untuk kamu jalankan dan kamu ceritakan. Kamu akan bertemu dengan orang yang menjadikanmu rumah, sebagaimana kamu menganggapnya sebagai hal yang sama.
Someday, you will not wait for this to make sense. You'll not be a lonely soul anymore. Because someone you've tried to find will find you. And then you'll say, "I did it and now I have what I had in mind. I find my reflection who standing by me. Thank, God."
Komentar
Posting Komentar