Langsung ke konten utama

Kenapa harus seberisik ini?

Hai! Ya ampun, gue harus tiup debu dulu deh di sini💨

Udah berapa lama gue membiarkan blog ini terbengkalai dan nyaris angker saking seringnya gue tinggalin? Tapi ya udah lah ya, yang penting sekarang gue nulis lagi di sini walaupun isi tulisannya nggak jauh dari curhat. 

Btw, curhatan gue sekarang mengingatkan gue pada lagu 00.00 O'clock-nya BTS. Dari awal dengerin pas masa-masa persiapan UTBK, lagu itu masih relate banget sama gue sampai sekarang. 

Oke skip!

Akhir-akhir ini, gue ngerasa senang banget dengan dunia perkuliahan yang gue jalani. Setelah mulai offline sejak tanggal 5 lalu, gue jadi ngerasa hari-hari gue tuh produktif banget. Dengan jadwal kuliah dari hari senin sampai sabtu (jum'at kosong), gue jadi bisa memaksimalkan waktu yang gue punya untuk mengerjakan ini dan itu. Ditambah lagi gue punya tanggung jawab lain di organisasi luar yang walaupun nggak sibuk-sibuk amat, tapi setidaknya gue jadi bisa memakai waktu selama enam hari penuh di setiap minggunya untuk produktif. 

Oh, dan ini nggak kalah bikin gue senang. 

Gue dapat tugas individu hampir setiap hari cuy!😻

Ini kalau sampe sahabat gue liat kalimat di atas, pernyataan betapa senangnya gue dapat tugas individu hampir setiap hari, udah pasti dia bakalan speechless saking nggak ngertinya sama gue. 

Balik lagi, dengan kegiatan yang sekarang mengharuskan gue untuk terus menggunakan waktu gue sebijak mungkin, dengan waktu yang gue rasa makin sini makin cepat berlalu, gue notice perubahan kurang sehat yang ternyata nggak baik buat gue pelihara lama-lama. 

Dari dulu, gue adalah orang yang sangat picky soal kegiatan yang menyita banyak waktu. Gue ogah ikut OSIS di SMP-SMK, gue ogah ikutan kegiatan a, b, c, dan lain-lain karena gue ngerasa: buat apa gue ngeluangin waktu untuk hal-hal yang bahkan nggak bisa bikin gue ngerasa fulfill dan bikin gue nggak nyesal karena udah pakai waktu yang gue punya untuk hal itu?

Tapi di sisi lain, gue melihat minus dari ini semua. Gue jadi nggak bisa menikmati waktu-waktu luang yang gue punya. Agak aneh, padahal harusnya gue jadi punya segudang waktu gabut. But in fact, setiap kali gue lagi ingin nyantai dengan kegiatan leyeh-leyeh, pasti aja gagal. Bukan karena gue tiba-tiba disuruh sama ibu negara buat ngerjain tugas negara; ke warung, nyapu, cuci piring, atau masak nasi, tapi justru karena isi kepala gue berulang kali bilang: "San, daripada lo nyantai gini mending lo ngerjain tugas lain. Masih banyak tuh."

It's always happen to me:')

Nggak jarang, gue menolak ajakan teman-teman gue untuk main karena selain mereka nggak masuk daftar 'prioritas' orang-orang yang deserve dapat quality time dari gue, juga karena gue ngerasa sayang sama waktu yang gue bayangkan untuk dihabiskan dengan mereka dan memilih untuk memakai waktu itu untuk menyelesaikan tanggung jawab gue sebagai mahasiswa kupu-kupu sok sibuk. 

Sebenarnya, kesibukan gue nggak sesibuk itu. Hari-hari yang gue jalani selalu diawali dengan kegiatan sok rajin sebelum kuliah; baca materi yang bakal dibahas di kelas biar gue nggak blah bloh dan meminimalisir ke-bloon-an gue. Terus gue menghabiskan pagi menjelang siang sampai sore di kampus karena emang kelasnya beres sore-sore, dan pas gue sampai rumah kerjaan gue adalah main game, baca buku, nulis part baru dari cerita gue yang kayaknya udah berlumut karena udah lama nggak gue update, dan mempersiapkan diri untuk sesuatu. Udah gitu doang. Sama sekali nggak sibuk dan jatuhnya lebih ke sok sibuk. I told you

Gue menilai diri gue akhir-akhir ini tuh terlalu keras ke diri sendiri. Terlalu nge-push, terlalu melarang banyak hal dan 'menghasut' diri gue untuk melewatkan aktivitas remeh temeh yang sebenarnya bisa membahagiakan gue banget, and the worst is ... isi kepala gue berisik banget. Gue bahkan nggak jarang baru benar-benar bisa tidur setelah lewat tengah malam buat menenangkan diri dari recokan isi kepala:') 

San, besok mau gini aja? Lebih dong!

San, lo ngerasa udah berprogres belum sih? Kayaknya belum, masih kurang baget!

San, besok lo nggak boleh nonton series apapun walaupun cuma satu episode. Biarpun durasinya nggak sampai satu jam, itu tetap buang-buang waktu!

San, kalau lo nggak keterima di 'sekte biru', berarti lo emang doing nothing!

San, lo nggak usah baca novel besok. Daripada baca novel sambil gegoleran, mending lo beresin konten copywriter lo.

San, tinggal menghitung hari sebelum pengumuman nih. Fix banget kalau lo gagal berarti usaha lo emang nggak ada apa-apanya.

Kalimat-kalimat di atas hanya segelintir contoh kalimat brengsek yang setiap hari muter-muter di kepala gue. Nggak jarang, setiap kali mau otw ke alam mimpi, makian isi kepala terhadap diri gue ini membuat gue nggak bisa memejamkan mata dengan tenang. Maka dari itu, untuk meredakan omelan isi kepala yang berisik banget, gue nggak jarang bangun lagi buat sekadar nulis jurnal. Menulis hal-hal apa saja yang udah gue lakukan selama seharian dan gue baca ulang hanya untuk bilang: "San, lo udah berusaha hari ini. Apa yang ingin lo kerjain juga udah selesai. You did well." Ya ... walaupun perasaan kacau itu tetap ada dan nggak mendingan, setidaknya gue udah usaha buat nyari pembelaan ke diri sendiri kalau hari-hari gue itu nggak useless

Akibat dari kerasnya gue terhadap diri sendiri, gue jadi kewalahan. Jadi lebih sering ngerasa capek. Setiap kali mau rehat, isi kepala gue langsung negur dan maksa gue untuk ngerjain hal lain. Kalau gue makan sambil nonton video musik di yutub aja, isi kepala gue ini bisa-bisanya bilang kalau makan gue terlalu lama dan terlalu buang-buang waktu karena sambil nonton video musik. 

Gue ingin banget meng-ignore ocehan isi kepala setiap kali dia berisik. Gue ingin ngelawan sekaliiiii aja. Gue ingin tetap goleran ketika isi kepala gue nyuruh bangkit. Gue ingin tetap lanjut baca novel sampai selesai dua atau tiga bab meskipun isi kepala nyuruh gue buat beralih ke hal lain yang lebih 'produktif'. Gue ingin menikmati waktu gue ketika kepala gue bilang kalau waktu itu terlalu sempit untuk sekadar dinikmati dan nggak dipakai untuk ngerjain hal lain. Gue ingin menulis cerita gue lagi tanpa terdistraksi dengan reminder otomatis bahwa tugas gue masih banyak. Gue ingin lakuin semua itu. Gue ingin jadi pembangkang terhadap isi kepala gue yang makin sini makin ngadi-ngadi. 

Tapi sayangnya, gue nggak bisa.

Semuanya nggak semudah itu. Pernah gue coba untuk ngelawan, sering bahkan, tapi isi kepala gue malah makin menjadi-jadi berisiknya. Lo bayangin aja, ketika gue lagi nulis atau baca-baca artikel terkait detail penting dalam cerita gue, isi kepala gue nggak berhenti-berhenti bilang: "San, kalau dari satu jam lalu lo nggak mutusin buat nulis cerita, pasti tugas lo udah tinggal eksekusi. Kalau gini kan susah, waktu udah kebuang dan tugas lo masih belum beres." Begitu terus sampai akhirnya raga gue menuruti keinginan isi kepala ini. 

Gue lebay nggak sih?:')

Sampai sekarang, gue masih direcokin sama pikiran-pikiran nggak penting. Bahkan ketika gue lagi menulis blog ini pun isi kepala gue bisa-bisanya protes dan denial. Seolah-olah bilang kalau yang dilakukan isi kepala gue ini adalah demi kebaikan gue. Iya gue tau, buang-buang waktu itu nggak baik. Gue juga emang nggak pernah mau buang-buang waktu. Tapi ... gue juga nggak mau kalau akhirnya gue jadi ngerasa seolah gue nggak punya waktu kayak gini. Saking banyaknya waktu yang sengaja gue alokasikan demi mengamini perintah isi kepala dan mengabaikan satu atau dua jam untuk ngelakuin hal yang gue suka. 

I'm struggling with that. Semoga isi kepala gue bisa cepat-cepat liburan biar nggak sibuk ganggu mulu. 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PKL

Jika gue bisa memilih untuk hidup jadi orang kaya atau sederhana, gue pasti akan milih untuk terlahir di keluarga kaya raya. Karena dengan begitu, uang di rekening gue bisa terisi setiap bulan berkat ditransferin ortu. Dan yang pasti, gue nggak perlu merasa khawatir bakalan kena masa galau gara-gara dompet kosong berisi struk pembayaran. Gue juga bisa minta apa aja ke orangtua supaya mereka mau nurutin apapun yang gue mau, termasuk buat belajar ke luar negeri.  Kalau gue dikasih hidup sebagai orang yang bergelimang harta, nggak lain dan nggak bukan, udah pasti uang itu gue pakai untuk sekolah. Entah itu belajar bahasa di masing-masing negara yang bahasanya ingin gue pelajari, mengikuti berbagai kegiatan pertukaran pemuda ke negara lainnya, atau sekadar jalan-jalan buat menuhin paspor dengan Visa Schengen. Ya intinya, gue mau supaya kelebihan materi itu bisa gue manfaatkan untuk meningkatkan kualitas diri gue sebagai perempuan. Setelah gue selesai membekali diri dengan kualitas dan ...

Dear, Me

San, tulisan ini sengaja dibuat sebagai pengingat untuk diri kamu. Diri kamu yang selalu dikurung oleh rasa takut. Meski begitu, aku tetap salut karena diri kamu selalu yakin sama pilihan kamu, segila apapun itu. Diri kamu nggak pernah mau nyerah sama keadaan. Dan yang lebih penting, diri kamu selalu percaya dengan maksud baik Tuhan dari segala hal pahit yang terjadi.  Sekarang, mungkin kamu masih belum menemukan titik terang tentang ke mana kamu akan membawa diri dan masa depan. Kamu masih nggak tau, harus milih jalan A atau B. Kamu masih bingung untuk lanjut di jalan yang sekarang lagi kamu jalanin atau pindah ke jalan baru yang lagi kamu usahakan. Semua itu emang nggak mudah, tapi aku tau kamu udah berusaha. Urusan hasilnya ... biar Tuhan aja yang tentuin. Dia lebih tau mana yang terbaik buat kamu.  San, aku tau kalau ketakutan terbesar kamu adalah tidak menjadi apa-apa di masa depan. Bahkan mungkin ketakutan itu semakin menjadi-jadi sekarang, ketika apa yang kamu jalani ng...