Langsung ke konten utama

Tentang Komentar

Terkadang kelakuan manusia yang bisa dibilang nggak lucu berhasil bikin gue ketawa. Bukan karena gue menganggap orang itu melakukan sesuatu yang lucu, tapi justru karena orang itu melakukan hal yang menurut gue nggak perlu dilakukan. Maksudnya nggak perlu dilakukan tuh, ya, emang benar-benar dirasa nggak perlu aja. Salah satunya adalah mengkomentari hidup orang. Dari sekian banyaknya komentar yang berdatangan dari satu manusia ke manusia lain, ada satu komentar yang  paling menarik perhatian gue. Gue terfokus pada satu kata, bucin. Yang mana, komentar ini juga sering gue dapatkan.

Pingin curhat aja sih, hehe. Jadi, akhir-akhir ini gue lagi suka banget bacain novel-novel yang bertemakan cinta. Bukan bermaksud untuk menjadi remaja alay yang selalu haus akan cinta monyet dan gombalan laki-laki. Tapi, karena gue suka bacanya. Menurut gue, bacain novel yang mengisahkan tentang perjalanan cinta seseorang, memang seru untuk dibaca. Gue suka bahasanya, gue juga terkagum-kagum dengan pembawaan si penulis yang benar-benar bisa bikin gue ngerasain betul apa yang ada dalam tulisan itu. Intinya sih, jadi baper ke real life. 

Sometimes, dengan gue membaca novel-novel bertemakan hati, gue jadi punya inspirasi baru buat nulis. Entah itu nulis cerita, puisi, atau sekadar quotes. Nggak cuma membaca, tapi juga dengar lagu. Gue akui, mood untuk mendengarkan lagu-lagu galau tuh lagi naik. Bukan karena gue lagi galau, karena kalau lagi galau gue nggak mungkin nambah-nambahin kegalauan dengan ngedenger lagu mellow. Melainkan karena alasan yang sama, gue mendapatkan inspirasi baru untuk menulis dan merangkai sebuah cerita. Yang asalnya gue nggak kepikiran untuk masukkin unsur A ke dalam cerita, tapi setelah baca novel + denger lagu galau, jadi kepikiran.

Setiap orang pasti memiliki cara berbeda untuk sekadar bikin mood naik buat ngerjain suatu hobi. Sampe ke hobi, loh. Gue pribadi sih, sesuka-sukanya gue dengan kegiatan menulis, tapi kalau lagi nggak mood, ya nggak bakalan nulis. Pernah maksain nulis, udah bawa note book, pulpen, duduk di tempat yang suasananya enak, tetep aja nggak bisa. Emang gitu sih, nggak bisa dipaksain. Tapi pas gue denger lagu, gue meresapi setiap liriknya, gue jadi punya ide. Bahkan, walaupun gue cuma duduk di pojok ruangan pun, kalau gue udah mood, kayaknya gue udah nggak perlu lagi tuh bersusah payah mencari tempat diem yang enak, dengan suasana yang bikin adem, cuma untuk nulis.

Daritadi gue nulis panjang tapi belum juga menuliskan apa yang para manusia lakuin. Hehe, mohon maaf ya. So, yang pingin gue bahas di sini adalah komentar manusia.

Lo gedek nggak sih, kalau sesuatu yang lo lakuin malah dikomentarin nggak jelas sama orang-orang? Misalnya, lo bikin puisi, atau cerita pendek, terus lo upload ke blog, eh ada yang komen; galau mulu lo! atau Bucin hidupnya!, bahkan yang paling nyebelin; makanya, belajar yang bener, bukannya pacaran!

I'm be like _-

- Galau mulu lo!
Hm... gue heran sih. Hanya karena gue screen shot hp gue yang sedang memutarkan lagunya Fiersa Besari, terus gue upload ke status whatsapp karena ya gue suka banget sama lagunya, gue langsung dibilang galau. Padahal, nggak semua orang yang dengerin lagu galau sedang merasakan galau juga, kan? Lagian alasan gue mendengarkan lagu itu tuh ya karena emang gue kepingin aja, nggak ada maksud curhat. Dan lagi, ada juga yang bilang kalau maksud gue upload hasil tangkapan layar itu tuh ya karena gue lagi ngasih kode ke si doi, padahal gue nggak punya doi. Ini lucu sih menurut gue. Sampe kepikiran gitu ya, manusia. Semudah itu nyeletuk tentang hal yang nggak diketahui. Lagian, gue sih mikirnya kayak yang nggak ada kerjaan aja, gitu, bikin status buat NGASIH KODE ke gebetan. Kadang jadi penasaran, gebetannya tuh manusia? Atau brankas?
Entahlah, ya. Lupakan.

- Bucin hidupnya!
Yang kayak begini nih, bikin najong. Gue yang emang pada dasarnya hobi menulis puisi dan tulisan lain yang bertemakan hati. Eh, malah dibilang bucin. Parahnya lagi, orang-orang yang ngasih komentar tuh seolah langsung memberikan label ' bucin '.

Hahaha, lucu kamu badut _- 

Padahal ya, gue nulis tulisan  kayak gitu tuh karena sering ngedengerin curhatan temen-temen tentang doinya. Dan beragam sih, ada yang happy-happy aja, ada yang gitu-gitu aja, ada yang ribut-ribut mulu, ada yang lagi naksir cowok tapi cowoknya nggak naksir balik, dan lain-lain. Nah, dari situ lah gue mendapatkan ide untuk membuat sebuah konten di blog. Tapi herannya, kebanyakan dari manusia itu nggak bisa membedakan antara; galau, bucin, dengan yang emang lagi bikin karya tulis. Yakali nulis puisi dibilang bucin? Terus nih ya, kadang manusia tuh hobi banget menghubungkan hal A dengan hal Z. Misalnya; gue lagi naksir sama orang, terus gue bikin karya tulis, karena ya emang gue suka nulis kan. Lagi-lagi pas gue kepergok nulis, atau ada yang baca tulisan gue, mereka langsung bilang;

Aduh bucin banget siii.
Kode buat dia nih?
Doinya baca ga?

Sumpah ya, setiap kali gue nulis, komentar begituan nggak pernah berhenti. Ada aja. Dan nggak ada satupun dari prasangka mereka yang benar.

- Makanya, belajar yang bener, bukannya pacaran!
Udah sok tau, salah lagi. What The hell with human? Apakah karena gue menulis cerita cinta, mengartikan gue sedang berpacaran? Kan nggak. Dipikir yang bisa menulis tentang cinta itu hanya orang yang lagi menjalin hubungan cinta?

Jujur aja nih, gue agak kesel dengan komentar-komentar setiap kali gue mengunggah tulisan di blog. Seolah  apa yang gue tulis hanyalah sebuah kode kepada si doi. Padahal gue nggak kepikiran sama sekali buat ngekode apapun. Se-iyanya gue emang lagi naksir orang pun, nggak semua tulisan itu buat dia kan? Hidup gue juga bukan cuma buat naksir orang. Jadi, ya, gitu aja sih. Hehe. Aku hanya ingin menumpahkan unek-unek di blog ini. Marah sih nggak, bodo amat gue juga. Tapi, ya pingin aja nulis ini. Mungkin di luar sana, banyak ngerasain hal yang sama dengan gue. Pesannya sih, nggak usah gampang memberikan label pada seseorang hanya berdasarkan apa yang kelihatan, bukan yang diketahui.

Sekian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa harus seberisik ini?

Hai! Ya ampun, gue harus tiup debu dulu deh di sini💨 Udah berapa lama gue membiarkan blog ini terbengkalai dan nyaris angker saking seringnya gue tinggalin? Tapi ya udah lah ya, yang penting sekarang gue nulis lagi di sini walaupun isi tulisannya nggak jauh dari curhat.  Btw, curhatan gue sekarang mengingatkan gue pada lagu 00.00 O'clock-nya BTS. Dari awal dengerin pas masa-masa persiapan UTBK, lagu itu masih relate banget sama gue sampai sekarang.  Oke skip! Akhir-akhir ini, gue ngerasa senang banget dengan dunia perkuliahan yang gue jalani. Setelah mulai offline  sejak tanggal 5 lalu, gue jadi ngerasa hari-hari gue tuh produktif banget. Dengan jadwal kuliah dari hari senin sampai sabtu (jum'at kosong), gue jadi bisa memaksimalkan waktu yang gue punya untuk mengerjakan ini dan itu. Ditambah lagi gue punya tanggung jawab lain di organisasi luar yang walaupun nggak sibuk-sibuk amat, tapi setidaknya gue jadi bisa memakai waktu selama enam hari penuh di setiap minggunya unt...

PKL

Jika gue bisa memilih untuk hidup jadi orang kaya atau sederhana, gue pasti akan milih untuk terlahir di keluarga kaya raya. Karena dengan begitu, uang di rekening gue bisa terisi setiap bulan berkat ditransferin ortu. Dan yang pasti, gue nggak perlu merasa khawatir bakalan kena masa galau gara-gara dompet kosong berisi struk pembayaran. Gue juga bisa minta apa aja ke orangtua supaya mereka mau nurutin apapun yang gue mau, termasuk buat belajar ke luar negeri.  Kalau gue dikasih hidup sebagai orang yang bergelimang harta, nggak lain dan nggak bukan, udah pasti uang itu gue pakai untuk sekolah. Entah itu belajar bahasa di masing-masing negara yang bahasanya ingin gue pelajari, mengikuti berbagai kegiatan pertukaran pemuda ke negara lainnya, atau sekadar jalan-jalan buat menuhin paspor dengan Visa Schengen. Ya intinya, gue mau supaya kelebihan materi itu bisa gue manfaatkan untuk meningkatkan kualitas diri gue sebagai perempuan. Setelah gue selesai membekali diri dengan kualitas dan ...

Dear, Me

San, tulisan ini sengaja dibuat sebagai pengingat untuk diri kamu. Diri kamu yang selalu dikurung oleh rasa takut. Meski begitu, aku tetap salut karena diri kamu selalu yakin sama pilihan kamu, segila apapun itu. Diri kamu nggak pernah mau nyerah sama keadaan. Dan yang lebih penting, diri kamu selalu percaya dengan maksud baik Tuhan dari segala hal pahit yang terjadi.  Sekarang, mungkin kamu masih belum menemukan titik terang tentang ke mana kamu akan membawa diri dan masa depan. Kamu masih nggak tau, harus milih jalan A atau B. Kamu masih bingung untuk lanjut di jalan yang sekarang lagi kamu jalanin atau pindah ke jalan baru yang lagi kamu usahakan. Semua itu emang nggak mudah, tapi aku tau kamu udah berusaha. Urusan hasilnya ... biar Tuhan aja yang tentuin. Dia lebih tau mana yang terbaik buat kamu.  San, aku tau kalau ketakutan terbesar kamu adalah tidak menjadi apa-apa di masa depan. Bahkan mungkin ketakutan itu semakin menjadi-jadi sekarang, ketika apa yang kamu jalani ng...