Langsung ke konten utama

Mati Lampu


Beberapa waktu lalu, ada beberapa obrolan warga net yang bikin gue agak gedek. One of them is about mati lampu yang waktu itu sempat jadi perbincangan karena listrik mati di beberapa wilayah Indonesia, khususnya pulau Jawa. Apa yang bikin gue gedek? Yaitu ketika gue lagi baca semua komentar di salah satu postingan yang membicarakan soal mati lampu dan topik listrik jadi bahan perdebatan, gue nemu satu komentar dari salah satu pengguna medsos yang bilang; “ Listrik itu adalah penemuan orang kafir! “. Ngeliat komentar macem gitu, gue kayak;" Ya terus? ". Gue nggak ngerti, kenapa dia kudu banget ngomong kalo listrik adalah penemuan ‘orang kafir’? lagian kalau dipikir-pikir, hal yang seharusnya dilakukan bukanlah mempermasalahkan tentang ‘siapa pencipta listrik’ itu. Bukan juga soal agama si orang yang menemukan energi listrik. Tapi ini tentang jasa. Ini bener-bener nggak masuk akal, masih ada manusia yang se-julid itu sama agama orang. Kalau boleh gue nyeplos ke orang itu, gue pingin banget ngomong bahwa tidak seharusnya dia membahas si penemu itu dengan sebutan orang kafir. Ini adalah sebuah jasa yang pada akhirnya memberi banyak sekali manfaat kepada umat manusia. Zaman sekarang kalau nggak ada listrik, mungkin nggak bakalan ada yang namanya barang-barang elektronik yang punya manfaat sama dengan listrik. Toh, orang itu juga salah satu pengguna energi listrik di kehidupannya. Sebel aja gitu; ‘tuh orang kayak yang nggak pake listrik aja_-’

Kalau misalnya ada yang ngajak buat flashback ke masa lalu yang katanya; “ Dulu aja zaman nabi, nggak ada listrik tapi mereka bisa tetap hidup? Malah nggak masalah.” Oke, I got it.. kalau kita berbicara soal masa lalu, emang benar mereka masih bisa tetap hidup, karena listrik sama sekali nggak ada hubungannya tentang 'bisa atau tidaknya' manusia itu hidup, ( lagian kalau listrik kagak ada di waktu itu kan manusia tetap bisa napas? ) Tapi kan peradabannya itu yang beda. Zaman dulu kenapa kalau nggak ada listrik baik-baik aja, ya karena emang di zaman itu manusia belum kepikiran buat menemukan listrik, atau mereka mengandalkan teknologi mereka sendiri buat ngatasin ketidak adaan listrik. Tapi kalau zaman sekarang? Listrik udah ada yang nemuin, teknologi udah berkembang, dan listrik menjadi sangat penting, ya wajar kalau orang-orang kaget bahkan panik pas mati lampu secara tiba-tiba. 

Mungkin yang ngerasain dampak dari mati lampu ini nggak cuman 1 atau 2 orang aja. Tapi banyak. Ada yang lagi di luar kota tersebut dan kepingin buat ngabarin keluarganya, jadi nggak bisa, gara-gara jaringan jelek ( mati lampu waktu itu berdampak jelek ke beberapa jaringan ). Di saat-saat seperti itu, setiap orang ngerasa panik karena keperluannya masing-masing. Bukan menghujat yang seharusnya dilakuin, tapi mengefektifkan aktivitas supaya tetap produktif di saat genting seperti ini. Persiapan juga perlu, kalau misalnya hari pertama nggak ada kabar, dan di hari itu udah ada pemberitahuan tentang kejadian yang sama di hari esok, ya siapin; charge hp/laptop buat kerja, kalau bisa pindahin dulu file kerjaan yang mau dikerjain di hari itu, biar bisa tetap mengerjakan tanggung jawab dengan baik. Masih banyak lagi upaya buat situasi kayak gini.

Ya... intinya jangan terlalu hobi buat mengkafir-kafirkan orang lah ya. Seiyanya orang itu emang non-islam, tapi ya kegiatan ngata-ngatain orang dengan cara itu tuh sangat tidak perlu. Makasih kek karena udah nemuin listrik yang akhirnya bermanfaat buat umat manusia. Cerminkanlah rasa cinta damai pada sesama. Karena dengan cara orang itu menyebut 'kafir' si penemu, sangatlah tidak pantas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa harus seberisik ini?

Hai! Ya ampun, gue harus tiup debu dulu deh di sini💨 Udah berapa lama gue membiarkan blog ini terbengkalai dan nyaris angker saking seringnya gue tinggalin? Tapi ya udah lah ya, yang penting sekarang gue nulis lagi di sini walaupun isi tulisannya nggak jauh dari curhat.  Btw, curhatan gue sekarang mengingatkan gue pada lagu 00.00 O'clock-nya BTS. Dari awal dengerin pas masa-masa persiapan UTBK, lagu itu masih relate banget sama gue sampai sekarang.  Oke skip! Akhir-akhir ini, gue ngerasa senang banget dengan dunia perkuliahan yang gue jalani. Setelah mulai offline  sejak tanggal 5 lalu, gue jadi ngerasa hari-hari gue tuh produktif banget. Dengan jadwal kuliah dari hari senin sampai sabtu (jum'at kosong), gue jadi bisa memaksimalkan waktu yang gue punya untuk mengerjakan ini dan itu. Ditambah lagi gue punya tanggung jawab lain di organisasi luar yang walaupun nggak sibuk-sibuk amat, tapi setidaknya gue jadi bisa memakai waktu selama enam hari penuh di setiap minggunya unt...

PKL

Jika gue bisa memilih untuk hidup jadi orang kaya atau sederhana, gue pasti akan milih untuk terlahir di keluarga kaya raya. Karena dengan begitu, uang di rekening gue bisa terisi setiap bulan berkat ditransferin ortu. Dan yang pasti, gue nggak perlu merasa khawatir bakalan kena masa galau gara-gara dompet kosong berisi struk pembayaran. Gue juga bisa minta apa aja ke orangtua supaya mereka mau nurutin apapun yang gue mau, termasuk buat belajar ke luar negeri.  Kalau gue dikasih hidup sebagai orang yang bergelimang harta, nggak lain dan nggak bukan, udah pasti uang itu gue pakai untuk sekolah. Entah itu belajar bahasa di masing-masing negara yang bahasanya ingin gue pelajari, mengikuti berbagai kegiatan pertukaran pemuda ke negara lainnya, atau sekadar jalan-jalan buat menuhin paspor dengan Visa Schengen. Ya intinya, gue mau supaya kelebihan materi itu bisa gue manfaatkan untuk meningkatkan kualitas diri gue sebagai perempuan. Setelah gue selesai membekali diri dengan kualitas dan ...

Dear, Me

San, tulisan ini sengaja dibuat sebagai pengingat untuk diri kamu. Diri kamu yang selalu dikurung oleh rasa takut. Meski begitu, aku tetap salut karena diri kamu selalu yakin sama pilihan kamu, segila apapun itu. Diri kamu nggak pernah mau nyerah sama keadaan. Dan yang lebih penting, diri kamu selalu percaya dengan maksud baik Tuhan dari segala hal pahit yang terjadi.  Sekarang, mungkin kamu masih belum menemukan titik terang tentang ke mana kamu akan membawa diri dan masa depan. Kamu masih nggak tau, harus milih jalan A atau B. Kamu masih bingung untuk lanjut di jalan yang sekarang lagi kamu jalanin atau pindah ke jalan baru yang lagi kamu usahakan. Semua itu emang nggak mudah, tapi aku tau kamu udah berusaha. Urusan hasilnya ... biar Tuhan aja yang tentuin. Dia lebih tau mana yang terbaik buat kamu.  San, aku tau kalau ketakutan terbesar kamu adalah tidak menjadi apa-apa di masa depan. Bahkan mungkin ketakutan itu semakin menjadi-jadi sekarang, ketika apa yang kamu jalani ng...